Sabtu, 08 Maret 2014

Menangis lagi

Malam ini begitu menyedihkan. Malam yang tadinya kudambakan akan berbahagia, karena besok hari ulang tahun anakku tercinta, Faiz.

Dari siang aku sudah memikirkan untuk membawa kue ulang tahun untuknya. sempat bingung juga mau beli kue seperti apa karena dana yang pas-pasan dan terkesan memaksakan. Aku hampir mengurungkan niat beli kue dan beralih ingin beli mainan saja. Inginnya sih memberikan hal yang lebih dari itu seperti orang tua pada umumnya memberikan hal yang spesial di hari ulang tahun anaknya.

Tapi apa boleh buat, uangku sudah habis untuk urusan dan keperluan yang lebih penting. Tapi aku tak ambil pusing juga tadinya karena keluarga besarku paling anti dalam merayakan ulang tahun.
Cuma sebagai seorang ibu, aku tetap ingin membuat putraku itu bahagia. Kami tidak merayakan ulang tahunnya tapi kami tetap ingin membuatnya senang, "ngabubungah we atuh teu diraya-raya oge" dalam bahasa sundanya.

Karena dana yang bikin bingung akhirnya setelah ragu aku putuskan beli kue tart ukuran mini, dengan harapan Faiz akan senang.

Aku membelinya di Hyp***mart, dengan ukuran yang kecil kue itu terbilang lumayan mahal. Aku membelinya sepulang kerja dan langsung kubawa pulang.

Setibanya di rumah, Faiz sudah tidur namun dia terbangun karena mendengar suaraku.
Dia menangis karena masih mengantuk. Lantas aku gendong dia dan ingin segera menunjukan kue yang aku bawa.

"Lihat de, mama bawa apa?" Kataku sambil menunjukan jatiku pada kue yang kusimpsn di atas meja.

Tapi Faiz kelihatan masih mengantuk dan menjadi rewel, istilah sundanya baruten (keganggu saat tidur jadi rewel).
Dia tidak menghiraukan perkataanku dan malah menangis.

Dia akhirnya melihat kue yang kubawa.

"ngga mau kuenya kecil.."Katanya sambil menangis dan merengek.

Hatiku sedih rasanya melihat dia menangis karena aku tak dapat memberikan apa maunya.

"Iya sayang tadi mamah belinya sudah malam, besok mamah beli yang besar ya.." Aku berusaha menenangkannya.

Dia menangis dan mengamuk, entah apa yang terjadi biasanya dia tak pernah seperti ini.

Tak tega dan merasa menjadi ibu yang kurang baik akhirnya aku malah ikut menangis. Perasaanku berkecamuk, bagai penuh dosa pada anakku. Bagaimana tidak aku bekerja seharian untuk anak tapi dalam situasi seperti ini tak bisa membuat anakku senang.

Akhirnya malam ini aku menangis bersamanya. Di malam menjelang ulang tahun anakku, disaksikan suamiku yang tak berkata apa-apa. Memang aku lebay.

Suamiku malah ngebbm, dia bilang, "kok malah nangis, jelek!"

"biarin, pi gak kan ngerti jadi ibu kayak aku gimana rasanya." Balasku.

"Ya, sudah jangan lama-lama."

Akhirnya tangisan Faiz mereda juga, dia mau makan kue itu. Senang rasanya hatiku.

"bukan kue ini, dede tadinya mau jengko." Katanya, jengko itu sebutan Faiz untuk donat terkenal itu.

"Oh, bilang atuh dede teh mau jengko." Tau gitu kan langsung beli itu, dari tadi siang bingungnya minta ampun.

"jengko ya mah, jengko bukan jengkol."

Haha, setelah nangis jadi ketawa. Malu dilihat suamiku. Aku selalu rapuh di matanya. "Neneng ogo"nya jebleh lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar