Sabtu, 29 Maret 2014

Dasar agama itu penting

Apa yang terjadi jika kita dan pasangan berbeda keyakinan? Tentu Allah melarangnya bukan?

Simak kisah tetangga saya yang satu ini.

Sebut saja Melati Putih Berseri, bersekolah di Madrasah dan memiliki pegangan agama yang cukup. Setelah lulus sekolah, dia memutuskan bekerja di Bandung. Entah bagaimana awalnya akhirnya dia dipersunting oleh Mas Bambang Super Yahut.

Mereka menikah secara Islam, dan ternyata Mas Bambang adalah seorang mu'alaf.

Waktu terus bergulir hingga badai rumah tangga hadir di antara keduanya. Sebagai seorang yang baru belajar agama, Mas Bambang kurang dapat memahami arti tanggung jawab seorang suami. Hingga sering memperlakukan istrinya dengan semena-mena. Dan pada usia pernikahan yang terbilang muda itu, Mas Bambang meninggalkan Melati begitu saja, sebatang kara dalam pengembaraan. Melati tetap bersabar dan dalam hatinya masih menghapkan agar Bambang dapat kembali padanya.

Singkat cerita, Bambangpun hadir lagi dalam kehidupannya, masih sebagai suami. Hadirnya Bambang membuat harapan Melati berkembang. Melati yang sejak lama mendambakan keturunan tentu bahagia karena sang suami mengasihinya kembali. Bambang menampakan kebaikannya setelah lama pergi, ia mulai menunjukan keseriusannya menjadi seorang suami dan calon ayah, karena selang beberapa bulan ia kembali Melati lantas hamil.

Betapa gembira hati Melati saat itu. Impiannya menjadi ibu akan segera tercapai.

Akhirnya ia melahirkan anak perempuan pertamanya. Saat inilah keanehan mulai ditampakan oleh Bambang. Ia tak sudi anaknya diberi nama islami. Alasannya, ia tak ingin kekhasan namanya kelak akan mengganggu di masa yang akan datang. Karena tahu watak suaminya yang keras, akhirnya Melati membiarkan suaminya yang memberi nama pada anaknya terciptalah sebuah nama yang jauh dari kata religius secara islami. Hati Melati kecewa.

Semenjak kelahiran putrinya itu, sikap Bambang menjadi aneh, keluar lagi tabiat lamanya. Bahkan Bambang tidak lagi belajar agama, dan meninggalkan solat yang baru saja ia hafal. Tiap minggu Bambang pergi dan beralasan ada acara keluarga di rumah kakaknya.

Makin hari rumah tangganya sering dihiasi oleh cekcok mulut.
Tak jarang mereka bertengkar karena anaknya bersin atau bertanya sesuatu tapi mereka punya jawaban yang berbeda.

Pernah suatu ketika anaknya yang biasa dipanggil Lia bersin di depan kedua orang tuanya itu.

Lantas Melati menimpalinya,"bilang Alhamdulillah, Nak.."

Tapi bambang bersikeras anaknya tidak boleh mengatakan apa yang diperintahkan ibunya. Bambang berteriak-teriak kata-kata keagungan untuk Tuhan yang ia sembah dulu.

Di saat itulah suami istri itu bertengkar. Karena seringnya bertengkar,  merekapun akhirnya tak dapat lagi mempertahankan rumah tangganya. Mereka bercerai, sang suami membawa anaknya ke kampung halamannya dan di asuh berdasarkan ajaran agama dia yang dahulu.

Rupanya Bambang tidak bersungguh-sungguh menjadi mu'alaf, dia melakukannya agar bisa menikahi Melati, dan setelah anaknya lahir ia tak mau anaknya dibesarkan dengan pendidikan Islam.

Sungguh tragis kisah yang dialami Melati ini, tertipu cinta. Hingga mendapat suami yang tidak baik, bahkan kini tak bisa bertemu dengan anak perempuannya.

Ini bisa jadi pelajaran untuk wanita yang sebaiknya bisa mengatakan tidak untuk memiliki hubungan percintaan dengan pria yang tidak seagama.

Walau tak jarang juga kita menemukan kesungguhan  dari cinta seseorang yang akhirnya mendatangkan hidayah untuk dirinya. Dan ia bisa menjadi mu'alaf yang bersungguh-sungguh dalam mencari ridha Allah.

Selebihnya hanya Allah yang tahu dengan ke Maha Besarannya.

1 komentar:

  1. Wah ini kasusnya sama dengan si Keparat yang menikahi Asmirandah!!!!, sialan banget tuh orang! Kalau deket tak kucingcang pake golok tuh sandalnya, sama orang gak berani saya!!!

    BalasHapus