5 tahun yang lalu..
Hari kelulusan sekolah datang juga. Sekolah mengadakan malam.perpisahan bertajuk Prom Night.
Prepare untuk pesta dansa nanti malam, senangnya membayangkan Dude menggandeng tanganku. Ya, kemarin dia mengajakku untuk datang bersama ke acara nanti malam. Pake baju apa ya? Apa baju bertema girly pink ini cocok buatku ya, secara badanku kan agak berisi, tapi pede saja lah toh aku nanti dateng digandeng Dude yang super ganteng.
"Nanti mlm jd? Gw jmput k rmh y?" Bunyi sms dari Dude.
"Duh, senangnya aku.." batinku.
Padahal baru sebulan sih kita jadian, tapi kami seolah telah lama tahu satu sama lain. Aku merasa cocok dengannya.
Tapi malam ini perpisahan? Tidak! Mau dibawa ke mana hubungan kita?
Malam ini indah luar biasa, tangan ini tak lepas dari genggamannya. Dude apa kita akan selalu bersama?
********
Maret 2012
"Apa dok, kanker paru-paru?" Kataku dengan nada syok, aku masih memelototi hasil laboratorium yang sedang dijelaskan oleh dokter.
"Ya, ini sudah positif. Memang masih stadium awal. Tapi kamu perlu khawatir." Jawaban dokter ini membuat aku putus asa.
Khawatir? Bagaimana tidak? Ini penyakit serius. Apa semua akibat dari kebiasaan aku merokok? Oh, bodohnya aku tak memperhatikan tulisan yang selalu ada di setiap bungkus rokok itu. Aku malah membelinya dan terus menghisapnya. Kukira tak akan sefatal ini.
Rasa sesak ini, bukan hanya karena rinduku pada Dude yang tak kunjung padam. Tapi sesak tertumpu penyakit yang bisa sewaktu-waktu merenggut nyawaku.
Dude apa kamu masih mau denganku? Mungkin aku akan mati dalam waktu singkat ini? Tapi aku masih menunggu. Ya, janji kita. Kau akan menemuiku lagi setelah kuliahmu di Jerman selesai.
Rongga dadaku seperti terhimpit batu, aku sakit.
***
2014
"Semoga mimpi indah..," kubaca pesan whatsappnya perlahan, mata ini sudah terlalu pegal menahan capek karena tak bisa tidur. Batuk-batuk ini semakin menyiksaku. "aku harap besok pagi kamu sudah mandi dan cantik." Apa maksudnya kalimat ini, tapi sudahlah. Dude memang pandai menggoda.
Aku tak pernah memberi tahunya tentang penyakit ini. Bahkan ia tak tahu kalau aku perokok berat.
Iya, semua salahku. Aku merokok karena pengaruh kehidupanku yang kacau setelah ditinggal Dude kuliah. Tak ada lagi tempatku berbagi. Meskipun ia tetap setia dengan LDR ini. Tapi aku kacau karena orang tuaku bercerai. Aku berlari ke kehidupan yang kacau, aku merokok. Kupikir ini tak terlalu berbahaya seperti alkohol dan yang lainnya. Tapi rupanya ada juga azab yang harus kutanggung, aku hampir mati. Begitu dekat. Rasa sakit ini, tak dapat aku sembunyikan dari Dude.
***
Aku tampak jelek dari hari ke hari. Oh begitu muak aku melihat bayangan diri ini di cermin. Penyakit ini melahap habis segala keceriaan dalam hidupku. Aku tak tahan lagi!
Mata cekung dengan lingkaran yang gelap. Tubuh yang kurus tinggal tulang, belum lagi bibir yang menghitam dan rambut yang rontok setiap kali tersentuh.
Aku berubah, cantikku hilang. aku benar-benar jadi gadis yang jelek!
Dude, aku tak akan memaksamu mencintai aku. Aku menyerah. Tak akan lagi aku menunggu kamu.
Semakin parahnya penyakit ini. Semakin harus aku melupakan Dude. Pria baik itu tak pantas denganku yang penyakitan dan jelek.
Aku hanya akan bertahan untuk ibu yang setia menemani aku, meski ayah telah pergi entah kemana.
Aku tak meneruskan kuliah. Jangankan untuk beraktifitas di luar rumah. Untuk berdiripun aku membutuhkan pertolongan dari ibu. Berjalan dengan dipapah olehnya. Aku seperti zombie yang takut menunggu mati.
Terlalu banyak hal yang membuatku sedih akhir-akhir ini. Ibu yang selalu menangis menatapku, pesan-pesan dari Dude yang tak pernah lagi kubalas dan teka-teki mengenai sisa umurku. Penyakit ini sudah terlalu serius. Hasil scan paru-paruku makin mengkhawatirkan. Entah apa yang membuatku bertahan. Di tengah sakit yang teramat ini, sesungguhnya aku telah menyerah.
**
"Bu, aku semakin jelek saja ya?"
"Bicara apa kamu, sayang? Bagi ibu kamu tetap cantik.."
"Maafkan aku, Bu. Aku sudah mengecewakan Ibu." Itu adalah kata terakhir yang bisa aku ucapkan kepadanya. Karena setelah hari itu aku tak sadarkan diri.
Aku hanya bisa mengingat diriku didorong ke ruang ICU. Dengan peralatan medis yang membeliti tubuhku. Aku bagai di alam mimpi. Antara sadar dan tidak. Semua tampak seperti bayangan di mataku. Lama juga aku merasakan hal seperti ini. Antara siuman dan pingsan begitu seringnya aku terlelap dan tertidur tiba-tiba.
Hari-hari dimana tak ada kata yang terucap dari mulutku.
"Maaf, bu tak ada jalan. Bahkan operasi pun tak bisa membantu. Paru-parunya sudah rusak secara keseluruhan. Ini karena pada dasarnya kondisi anak ibu memang lemah." Sayup-sayup kalimat dokter terdengar dari luar. Ibu masuk ke ruangan dengan berlinangan air mata.
Sementara tubuhku semakin kaku. Ingin rasanya kuhapus air matanya dan bangun untuk memeluknya, tapi tubuh ini tak sanggup. Hingga detik-detik ini sering aku rasakan pusing-pusing di kepalaku. Ya, aku sering tak sadarkan diri.
Kali ini, akhirnya aku bisa membuka mata untuk waktu yang cukup lama. Ibu masih setia di sampingku, membelai kepalaku dan membisikan kata-kata yang menguatkan hatiku. Tentu dengan linangan air matanya. Aku tak dapat berkaca, entah seberapa parah penampilanku? Tapi pastinya aku jelek!
Semakin banyak saja kerabat yang menengok aku di rumah sakit. Entah tau dari siapa? Sepertinya mereka saling mengabari keadaanku. Nenekku yang jarang mau tau tentangku saja sudah beberapa waktu ini selalu ada di samping ibu. Apa waktuku semakin dekat?
Eh, tapi mana ayah? Batinku menelisik, ingin tahu keberadaannya. Jika aku benar harus pergi, apa masih ada kesempatan untuk bertemu dengannya? Walau ibu sakit hati karenanya tapi dia tetap ayahku.
Dan Dude? Tak akan aku pikirkan apapun tentangnya. Biarlah dia mengira aku hilang ditelan bumi.
Dunia semakin sempit buatku, nafaspun semakin pendek dan teramat pendek.
Apa sudah dekat? Dekatkah Tuhan?
Tuhan? Kenapa baru kutanya sekarang padamu?
Tuhan, aku bagai mayat hidup.
Entah kapan kau akan mengambilku dari kehidupan mereka. Ibuku, keluargaku..
Entahlah, tapi aku masih seperti zombie hingga nanti benar-benar menjadi mayat yang tak akan bangun lagi...
Www.shilpadreamstory.blogspot.com
Fb: Shilpa Yahya
e-mail: Shilpa23yahya@gmail.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar